Hal-Hal Yang Perlu Kalian Tahu Tentang Tradisi Sekaten di Jogja
CAHYOGYA.COM - Apa itu Sekaten? Sekaten merupakan acara adat yang dilakukan rutin menjelang maulid Nabi, di Yogyakarta acara adat Sekaten ini dilakukan di Alun-alun Utara. Acara adat Sekaten ini ditutup dengan mengarak beberapa jenis Gunungan yang berisi sayuran, buah-buahan, hasil bumi dan jajanan tradisional yang akan dibagikan kepada masyarakat.
Asal-Usul Tradisi Sekaten dan Isi Gunungan Kraton Jogja
Ayo melek budaya! pada kesempatan kali ini akan kita bahas masalah acara adat Sekaten yang setiap tahun digelar di Alun-alun Utara Yogyakarta. simak ya!. Acara adat Sekaten ini dulu muncul pertama kali pada jaman Kerajaan Demak Bintara (tahun 1503 M) Pada masa itu dibawah pemerintahan Raden Patah acara adat Sekaten namanya Rajamedha atau Rajawedha, ini merupakan tradisi di kerajaan Hindu Jawa sebelum ada Demak Bintara.
Tradisi Rajamedha/wedha atau juga disebut kurban Raja ini dulu adalah tradisi sedekah Raja Hindu Jawa pada kawula atau rakyatnya. Sejauh ini hampir sama sih tujuannya, lantas pada jaman keraton Demak Bintara, Rajamedha ini tetap masih diteruskan tetapi diganti namanya jadi Sekaten. Karena kerajaan Demak ini sudah masuk ajaran Islam maka selain namanya diganti ritualnya juga diberi nafas ajaran Islam dan acara adat Sekaten berubah menjadi salah satu sarana dakwah, juga sebagai acara adat untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW.
Kata Sekaten sendiri brasal dari basa Arab, yaitu Syahadatain yang dimaksudkan meyakini akan dua kebenaran. Nah, dua kebenaran itu diwujudkan dalam pernyataan Syahadat Tauhid & Syahadat Rosul, Kata Sekaten juga dimaknai Sakhatain aritnya dermawan, selalu mengajarkan budi pekerti luhur & menghambakan diri kepada Tuhan. Sekaten pasti akan diakhiri dengan Grebeg. ini bermakna suatu wujud syukur & sedekah Sultan pada kawulanya seperti yang sudah saya sebutkan tadi.
Pada jaman dulu acara adat Sekaten ini hanya dilakukan selama 7 hari, tetapi kenapa sekarang perayaannya lebih dari sebulan? itu karena perkembangan jaman soalnya. Selain menyambut maulid Nabi dan sedekah Sultan kepada rakyatnya, Sekaten juga menghadirkan hiburan murah-meriah dan meningkatkan perekonomian pedagang sekitar.
Kelengkapan Yang Selalu Ada di Sekaten
Sekarang kita bahas 4 kelengkapan yang selalu ada di acara adat Sekaten, Endhog Abang, Sega Gurih, Ganteng, Pecut. Masih mau nyimak kan? hehehe. Yang pertama Endhog Abang (telur rebus warna merah) ini merupakan simbol keyakinan iman masyarakat pada jaman dulu. Endhog Abang tersebut dalamnya masih tetap seperti telur rebus pada umumnya berwarna putih, melambangkan bacaan Syahadat yang bersifat Suci (putih). Sedangken kulit yang berwarna merah, melambangkan keyakinan yang dianggap belum suci.
Karena pada hakekatnya keyakinan harus Suci (sebagaimana warna putih telur tsb). Jadi keyakinan yang belum suci (warna merah) tersebut, perlu dbuang (dionceki) untuk mencapai suatu keyakinan yang suci. Sega Gurih yang dmasak dengan santan dan sereh, yang disajikan dengan bermacam kelengkapan ini punya makna juga lho, maknanya adalah keberkahan & kemakmuran. sejak manusia lahir, Tuhan telah menyediakan kelimpahan untuk kehidupan dan kelimpahan yang diberikan Tuhan tersebut diserahkan pada manusia untuk dikelola secara baik.
Ganten juga disebut Kinang, yaitu seperangkat bahan yang dikunyah untuk keperluan kesehatan gigi. Hasil kunyahan Ganten adalah dubang (idu abang;idu=ludah, abang=merah; ludah berwarna merah). Maksud yang tersirat adalah antara mulut & warna merah. mulut berarti ucapan atau pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan warna merah diartikan sebagai keberanian yakni berani untuk berkata baik & indah dalam hidup.
Pecut dilambangkan pada suatu semangat, Semangat dari apa? semangat para petani untuk menggarap sawah yang dibantu ternak. Semangat petani ini menyimbolkan bahwa Ngayogyakarta Hadiningrat atau lebih dikenal dengan Yogyakarta ini adalah Negara yang makmur. Lalu Sekaten akan ditutup dengan Grebeg atau Gunungan, Apa saja isi Gunungan Kraton itu? Nantikan di artikel selanjutnya ya, hehehe. Nanti akan kami bahas juga masalah mitos-mitos dari masyarakat jawa yang terjadi ketika acara adat Sekaten digelar yang bisa kita ambil pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.